Ketika hati tak bisa
menjaga setiap bagiannya agar tetap utuh, apa dia harus menyerah untuk bagian
yang rapuh atau memperkuatnya agar tetap menjadi utuh?
Bila bertanya pada diri maka akan ada banyak jawaban yang
kesemuanya adalah penjabaran dari masing-masing pernyataan positif dan negatif.
Mereka yang buta pasti akan sulit ketika harus menentukan apa yang positif dan
apa yang negatif. Sebagai manusia yang berumat maka kita tahu bahwa ada dua
dunia, yaitu dunia saat kita hidup dan dunia setelah kita hidup atau dengan
kata lain saat kita meninggalkan dunia saat kita hidup. Hati, apa dia sungguh
bisa berkata? Jika hati benar berbicara tentu saja otak juga sudah berbicara. Untuk
selanjutnya hati kita sebut nurani dan otak kita sebut logika. Dari keduanya
manakah yang paling berpengaruh? Pagi ini saya cukup memberikan bekas pada
ingatan saya tentang kata “hubungan” dan “pengaruh”. Dua kata itu diucapkan
oleh dosen pembahas pada seminar proposal yang saya hadiri pagi ini. Jika pikiran
saya masih berjalan lurus maka yang saya sampaikan ini adalah benar hal yang
saya pikirkan.
Berbicara soal nurani mungkin masih banyak yang bingung atau
mungkin hanya saya yang bingung. Mungkin sebaiknya saya hanya berbicara tentang
diri saya sendiri. Sejak lama saya menghadapi masalah tersendiri dalam diri
saya, yaitu kesulitan saya yang tidak bisa membedakan mana yang kata nurani dan
mana yang kata logika. Yang pernah saya percaya bahwa yang pertama terucap
adalah kata nurani. Tapi tak jarang juga bahwa kata pertama yang muncul adalah
kata logika. Lalu bagaimana membedakan keduanya? Saya masih belum tahu
jawabannya dan maaf, sejak siang tadi kepala saya sakit dan mungkin bisa
dibilang pusing juga (curhat). Jadi saya akan mempersingkat tulisan saya kali
ini.
Hati, bila kau tercipta begitu rapuh dan tak cukup kuat
untuk selalu bertahan, aku mohon untuk teruslah yakin bahwa setiap dari bagian
diri mu dan jauh lebih luas dari mu tercipta dari keberuntungan yang telah
digariskan Tuhan. Meski keyakinan mu tak sekuat apa yang seharusnya ataupun apa
yang bisa kau pikirkan, tapi tetaplah yakin pada keyakinan yang ada pada saat
ini. Cerita kita memang akan selalu berubah seiring dengan berubahnya kita dari
jalur yang seharusnya. Dan siapa yang tahu jalurr kita seharusnya ada dimana? Hanya
Tuhan. Tetaplah utuh menjadi satu dan jangan ragu pada keyakinan mu. Bila ada
pada bagian mu yang rapuh dan tak mampu untuk kau pertahankan, maka
tinggalkanlah. Tapi sebelum itu kau lakukan, pastikan kau telah memberikan
segala yang kau bisa untuk mempertahankannya.
Hati, meski kau tak sebesar yang dipikirkan atau tak setegar
yang diharapkan, tetaplah kamu menjadi utuh sebagaimana mestinya. Memang tak
ada yang bisa menjadi pegangan mu, maka jadilah hebat dengan kemandirian mu. Hidup
memang tak seperti kematian yang damai. Itulah yang kita tahu. Tapi selama
kematian itu belum mendatangi kita, nikmatilah hidup yang saat ini kita jalani.
Meski sulit, pasti ada waktunya nanti semua ini begitu memberi arti.
Mencintai yang kita pikir milik orang lain dan kemudian
berusaha tegar menjauhinya demi kebahagiaan orang-orang yang kita cintai. Membatasi
lingkaran mu pada orang-orang yang dipikir disanggupi, apa itu benar?
Hati, jadilah utuh..