“...tolong respon saya”
“Iya, kamu
itu...”
Hampir tak
ada pintaku yang tak kau penuhi, hampir tak ada pula niat baik ku yang tak kau
terima meski sekarang cerita ini sudah berakhir. Baik itu untuk mu dan terasa
sakit di awal permulaan ku. Meski begitu apapun itu kan ku lawan demi kawan
terbaik yang pernah ku dapatkan. Aku ingin merengek seperti yang biasa ku
lakukan, tapi aku tahu kau lelah dengan kekanak-kanakan ku itu. Meski terkadang
aku menyebut mu begitu di depan orang lain, tapi di masa kala aku bercerita itu
hanya akulah yang menjadi satu-satunya yang tahu bahwa kau yang terbaik. Tutur
mu, sikap mu, pikiran mu, dan hampir segalanya yang membuat ku lelah untuk
berpikir adalah sumber inspirasi ku dan terbaik bagi ku. Melalui tulisan yang
tak bisa ku nyatakan dalam satu kata dan mungkin lewat gambar yang jua tak mampu menjelaskan fakta yang ku rasakan. Semoga
inilah hal baik yang bisa ku lakukan untuk mengatakan pada dunia dan imajinasi
ku sendiri bahwa kau adalah hal terbaik yang pernah ku dapat dan akan selalu
begitu hingga akhir waktunya.
Aku tak
merengek seperti yang biasa ku lakukan karena aku tahu kau lelah, memang
begitulah faktanya. Perasaan yang terus berusaha ku singkirkan, mungkin itulah
yang membuat ku merasa lebih baik jika begini karena aku tak mampu
menjelaskannya jika harus terpaksa mengatakannya. Meski hal yang sekarang
terjadi mungkin lebih buruk jika aku mengatakan ini sebelumnya, tapi aku tetap
tak mampu dalam nyata. Akhir-akhir ini aku sangat senang dan tak bosan mendengarkan
lagu “Suki”
yang dinyanyikan oleh Kanayan. Sebelum aku tahu terjemahan
lirik dari lagu itu, aku memang merasa bahwa lagu itu sangat cocok untuk ku
saat ini dan ternyata memang benar. Aku terlalu takut untuk mengakuinya apalagi
sampai mengatakannya. Terlalu lancang rasanya jika aku berani untuk
mengatakannya. Aku mengenal mu lebih baik dari siapapun yang ada disana dan aku
adalah bagian mu yang akan selalu ada disana. Karena segala tentang mu yang tak
mampu ku lepaskan maka aku mengurung segala kebenaran tentang fakta itu dan
tanpa sadar inilah akhir yang ku lakukan.
Pada hal
besar yang menjadi pertikaian kita, tak mampu aku persalahkan dan tak ingin ku
jelaskan. Aku hanya ingin kamu tahu apa yang aku pikirkan seperti saat kamu
yang selalu dengan konyol memaksa ku untuk menonton video atau mendengarkan
lagu yang juga kau sukai. Sama halnya dengan kau yang begitu, aku ingin kau
tahu apa yang sedang dan akan ku pikirkan. Tapi tetap saja aku tak seperti kau
yang bisa memaksa ku ataupun mengatakannya dengan mudah. Semakin besar rasanya
jarak antara kita yang terhalang ilusi. Kau seperti bintang yang hanya dilihat
oleh ku dan hanya milikku. Padahal nyatanya kau bukanlah milikku mesi kau
adalah bintang yang memang ada disana. Apalagi yang bisa ku katakan jika semua
yang ku tuliskan adalah benar?
Ruang dan
waktu yang ada saat ini adalah diam mu yang memberi hampa pada ku. Telah aku
katakan apa yang ingin ku katakan dan menjadi prioritas ku, meski tak ada
respon dari mu dan aku hanya bisa berharap kau baik-baik saja dalam ruang yang
tak bisa ku bayangkan maupun waktu yang tak bisa ku tembus. Seperti yang aku
tahu dari cerita mu, maka aku yakin bahwa kau adalah baik disana dan meski tak
baik kau selalu punya tempat baik yang tak akan membuat mu hampa. Dengan keyakinan
aku bisa tenang dan asalkan aku yakin itu adalah baik, maka hanya hal baiklah
yang akan terjadi. Meski hanya dalam bayang terkaan, pikiran yang tak
terjelaskan, ruang yang tak tergapai, atau apapun yang tak benar-benar aku
tahu, aku yakin kau baik disana. Kau
terbaik hingga hari ini dan akan selalu begitu. Bila nanti akan ada yang
menandingi mu, aku tak akan pernah mengabaikan mu. Bintang ku yang tinggi,
belahan (Gemini) yang melengkapi ku, idola yang menjadi sumber inspirasi, dan
teman yang selalu ingin ku iringi, teruslah menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar