Awal tahun ini sangat indah
dengan kebersamaan kami yang tak terjelaskan serta impian kecil ku yang
terkabul. Memandang gemerlap kecil nan jauh di hamparan luas bersama dengan seseorang
yang tak pernah terduga. Bersama dengan sentuhan lembut angin dan sunyinya
malam dalam keheningan. Luapan emosi yang tak terjelaskan tanpa tahu kata apa
yang pantas untuknya. Bahagia. Lebih dari itu semua ini begitu berharga meski
hanya hal kecil yang sebenarnya mudah, tapi ini sungguh lebih dari sekedar hal kecil.
Harapan tinggi atas impian kecil yang terkabul, semoga kita akan selalu bersama
dalam kebahagiaan yang sesederhana ini.
“Kenapa kamu di luar 96?”
Sejenak aku tersenyum mendapati
kedua laki-laki yang sangat aku sayangi menatap ke arah ku, “Gak ada tempat
lagi di dalam, penuh. Makanya saya disini”
“Kamu gak mau nemenin saya 27?”,
goda ku dengan wajah manja.
9276 mendelik, “Males, saya mau
tidur, disini dingin.”
“Dihh, cops mu 27! Kalah sama
saya”
“Bodo amat 96, saya mau tidur. (9276
menoleh ke arah 9567) Temenin adek mu sana 56, kasian dia ntar di culik..”
“Stop 27!”, ketus ku.
“Jangan nakut-nakutin saya! Malem
ni!”, sambung ku.
9276 sedikit terkekeh, “Hati-hati
aja 96, ntar..”
“Pergi 27! Saya lemparin sendal
ntar kamu!”, ancam ku sambil memegangi sebelah sandal yang siap ku lempar.
Aku baru tersadar 9567 yang
disebelah 9276 hanya terdiam sambil sesekali melihat sekeliling ketika aku mendapati matanya ke arah ku. Entah apa
yang dia pikirkan, tapi rasanya dia ingin mengatakan sesuatu.
“Kenapa kamu diem 56?”, akhirnya
aku memecah kesunyian dari 9567.
“Gak kenapa-kenapa, kalian ribut malem-malem
orang pada tidur”, jelas 9567 tenang.
“Tu denger 96, kamu ini ribut
aja”, 9276 nyengir meledek ku.
Bukan terkadang, tapi terlalu
sering aku jengkel jika terlibat dialog dengan 9276, “Kamu juga 27! Gak tau
diri.”
9276 hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya. Jika dialog ini terjadi dalam medsos ekspresi 9276 itu tertulis
dengan kata ckckckck.
“Kamu yang gak tau diri 96. Sudah
gak punya tempat tidur, ribut malem-malem orang pada tidur, bilang orang gak
tau diri lagi. Ckckckck”
“Terserah mu dah 27”, jawab ku
kesal.
Aku memalingkan wajah dari mereka
tanda kesal dan ngambek yang seperti biasa aku lakukan jika salah satu dari
mereka membuat ku jengkel. Sebenarnya tidak ada hal yang benar-benar membuat ku
jengkel jika dengan mereka, hanya saja aku tidak ingin terlibat terlalu dalam dengan
dialog bersama mereka. Karena pada akhirnya aku sendiri yang terpojok dan jadi
bahan ejekan mereka. Meski aku tidak terlalu masalah dengan itu, tapi mereka terlalu
suka untuk menggoda dan mengejek ku.
“Saya mau tidur 96, kamu
hati-hati dah..”
“Makasi 27!”, ketus ku mencegah
kata-kata aneh keluar dari mulut 9276.
“Oke, sama-sama 96”, 9276
berbalik menuju ke tendanya tanpa 9567.
Aku melirik 9567 yang masih berdiri
di dekat tendanya.
“Mau saya temenin?”, 9567
memandangi ku dengan tatapan kasihan.
Aku sedikit kaget mendengar
pertanyaan 9567, “Terserah kalo mau”
9567 mulai berjalan mendakati ku
dan aku pun bergeser untuk menyisakan tempat untuk nya duduk.
Sesaat kami terdiam dalam hening,
tapi dikepala ku seperti ada angin ribut yang tak hentinya berputar. Tak ada
kata yang bisa ku katakan ataupun hal menarik yang bisa ku ceritakan. Aku
terjebak dalam pikiran ku sendiri karena mendapati diri ku berdua disana dengan
9567.
“Kamu suka bintang?”, tanya 9567
sambil memandang langit luas.
Aku menoleh ke arahnya dan
menatap wajahnya dengan cepat, “Sangat”
9567 tersenyum melirik ku.
Kami kembali larut dalam hening.
Dalam pikiran ku, aku terus bertanya apa yang dipikirkan 9567 dan rasanya aku
begitu gugup. Ini bukan pertama kalinya aku hanya berduaan dengan 9567.
Sebelumnya di kelas bahkan di luar kelas kami cukup sering duduk berdua. Di
kelas kami sering berduaan untuk beberapa hal yang menjadi kesamaan kami. Mulai
dari musik yang sama-sama kami minati, hingga ilmu yang sedang kami coba
dalami. Begitu banyak kesamaan yang ada diantara kami hingga kami pun menjadi
begitu dekat dan selalu bersama. Tidak jauh berbeda dengan kedekatan ku dengan 9276,
hanya saja aku begitu tertarik dengan 9276 karena dia adalah sosok sahabat yang
sangat baik dan tidak cukup dijelaskan dengan kata “terbaik”. 9276 bisa bergaul
dengan siapapun dan diterima dimanapun. Dia sosok yang disegani meski bawaannya
santai. Hampir semua yang ku tanyai pendapat tentang 9276 pasti berkata bahwa
dia sosok sahabat yang baik, bahkan diantara mereka ada yang memuji ku karena
aku begitu beruntung bisa selalu bersama dengan 9276. Meski selalu bersama
dengan 9276, aku tidak merasa sedekat itu dengan 9276. Nyatanya aku merasa
hubungan ku dengan 9276 bagai dua bintang yang ada di langit. Bagi yang melihat
di Bumi dua bintang terlihat sangat dekat, tapi di jagat raya mereka tidak
sedekat seperti yang terlihat dari Bumi.
Tanpa sadar aku merebahkan
tubuhku dan terus menatap langit. 9567 melirik ku dan seakan ingin mengatakan
sesuatu.
“Saya pengen banget tiduran natap
bintang kayak gini”, seolah aku ingin meminta ijin kepada 9567.
Pandangan ku tak lepas dari
bintang-bintang di langit. Membayangkan bagaimana tiga diantara bintang di atas
sana adalah Aku, 9567, dan 9276. Kami terlihat begitu dekat di mata orang lain,
tapi rasanya kami tidaklah sedekat itu. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa
tentang mereka tapi mereka seperti tahu banyak hal tentang diri ku. Entah itu
aku yang mudah tertebak atau aku yang tanpa sadar telah menceritakan banyak hal
kepada mereka. Aku tak akan menyesalinya, hanya saja aku berharap bahwa bagi
mereka aku sama berharganya seperti mereka bagi ku.
Saat ini aku begitu kagum dan
bahagia hingga perasaan itu tidak bisa di ekspresikan oleh apapun yang ada pada
ku. Rasanya aku benar-benar menginginkan keadaan ini dan aku tak menyangka
akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk ini. Menatap bintang-bintang di langit
malam sembari berbaring di atas rumput luas. Aku berbaring menatap langit dan 9567
masih terduduk merangkul kedua lututnya menatap langit yang sama.
“Bersyukur kepada Tuhan karena
kita dikasi kesempatan untuk menikmati keindahan ini”
Aku mengiyakan kalimat 9567 dalam
hati dan tanpa aba-aba 9567 langsung berbaring disampingku beralas tangan kiri
untuk kepalanya. Sejenak aku menoleh ke arah 9567 yang tidak melepaskan
pandangannya pada langit. Beberapa saat kemudian 9567 menatap ku dengan
senyuman. Rasanya begitu damai ketika mata kami bertemu. Aku tidak tahu apa
artinya ini, tapi aku tahu bahwa aku tidak menolaknya.
9567 sosok teman yang tidak
buruk, seandainya aku tahu lebih banyak tentang 9567, aku yakin dia akan
menjadi sosok panutan bagi ku. Hubungan kami hanya sebatas teman dan kami
saling mempercayai satu sama lain. Dalam banyak hal kami memiliki minat yang
sama dan kesukaan yang sama. Itu bukanlah hal yang disengaja, tapi begitu saja
ada sebelum kami sedekat ini. Hanya dengan 9276 dan 9567 lah aku tidak punya
alasan untuk menahan diri.
Banyak hal yang sebenarnya ingin
aku katakan untuk 9567 tentang rasa syukur ku atas kebersamaan kami dan tentu
saja dengan 9276 juga, tentang keberuntungan ku yang bisa berada diantara
mereka, tentang harapan dan impian yang ingin ku wujudkan bersama mereka, dan tentang
banyak hal yang mebuat ku tak ingin jauh dari mereka.
“Saya sayang kalian dan selamanya saya pengen bareng kalian” [Homofon]
~Tamat~
Tidak ada komentar :
Posting Komentar