Bercermin sebenarnya adalah cara
ku untuk mengetahui sejauh apa aku bisa membohongi diri ku sendiri. Aku selalu
menjunjung tinggi kejujuran, selain karena membenci kebohongan aku juga ingin
menjalani keyakinan yang selalu ku percayai. Tentunya aku tidak selalu jujur
sejauh hidup ku saat ini, bagi ku tidak ada orang di dunia apalagi di akhir
jaman seperti ini yang tidak pernah melakukan kebohongan. Tapi aku tetap
berbangga pada diri ku sendiri karena aku selalu berusaha meminimalisir
kebohongan dalam hidup. Aku selalu memegang teguh keyakinan bahwa apapun yang
sudah, sedang, dan akan terjadi adalah hal terbaik yang diberikan Tuhan. “Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini”.
Begitulah yang sering kita dengar sejauh kita hidup, tapi bagi ku sempurna di
dunia adalah ketika yang baik dan buruk berjalan dengan seimbang tanpa ada
kelebihan atau kekurangan di salah satunya. Aku sadar bahwa yang ku katakan
selalu sulit dimengerti oleh orang lain. Tapi untuk saat ini aku tidak ingin
membahas hal tersebut, jujur. Sebenarnya maksud ku mengatakan kalimat itu (“Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini”)
bertujuan bahwa tak ada manusia yang benar-benar memiliki sifat kebajikan
dan sepanjang hidupnya tidak pernah mengeluh, termasuk dengan Tuhan. Terkadang
hal itu membuat ku berpikir, kapan terakhir kalinya aku mengeluh kepada orang
lain selain Tuhan, jujur.
Mungkin beberapa dari kalian atau
bahkan semua dari kalian menganggap hal yang ku bicarakan adalah bualan belaka.
Sejujurnya aku tidak peduli dengan apapun yang orang lain katakan, karena aku
tipe orang yang sulit untuk menerima kritik ataupun saran karena sudah cukup
lama aku selalu mengambil keputusan sendiri. Sudah cukup lama aku merasa hidup
sendiri, meski berada disekitar orang yang tidak sedikit bahkan banyak dari
mereka adalah orang-orang yang ku sayangi, tapi aku selalu merasa kesepian.
Bisa dibilang aku terlalu sombong, angkuh, dan tidak baik. Aku merasa punya
standar atau kualitas tinggi untuk setiap status hubungan dalam kehidupan ini,
salah satunya adalah teman. Mungkin penilaian ku ini juga sedikit dipengaruhi
oleh seseorang yang belum lama ini ku kenal. Teman bagi ku adalah dia yang tahu
siapa aku dan siapa dirinya, bukan hanya mengetahui siapa aku tanpa sadar siapa
dirinya. Aku selalu ingat terkahir kali seseorang yang belum lama ku kenal
mengatakan bahwa ucapan ku sulit dimengerti dan aku mengakui hal tersebut. Sebenarnya
aku malas mengatakan hal-hal semacam ini, tapi ada suatu alasan yang membuat ku
akhirnya melakukan ini.
Jujur, yang selalu ku agungkan
dan tidak pernah ku lupakan. Dan terkadang mengingat kalimat itu saja, aku
menjadi teringat dengan seseorang yang sebut saja dia adalah Zen. Bagi ku Zen
adalah teman, walaupun aku tau mungkin hingga detik ini aku belum bisa mencapai
level teman bagi dirinya. Meski begitu, aku sangat membanggakannya sebagi
teman. Zen sosok yang baik, cerdas, peduli, dan sosok yang teladan bagi ku. Ya,
itu murni penilaian ku sendiri yang akhirnya ku simpulkan walaupun belum lama
mengenal Zen atau lebih tepatnya belum lama bersama dalam lingkungan yang sama
dengan Zen. Satu hal yang membuat ku merasa berarti baginya (TOLONG JANGAN
DIARTIIN KE HAL YANG BERKAITAN DENGAN CINTA), Zen pernah mengatakan “Aku gak pernah bohongin kamu sekalipun itu
becanda”. Meski kalimat itu hanya berlaku nyata hingga dia mengatakan hal
tersebut, tapi aku percaya bahwa kalimat itu berlaku hingga sekarang. Jujur, aku
selalu tertegun setiap kali mengingat kalimat itu. Meski tak ada bukti yang
nyata dan meyakinkan untuk menguji hal tersebut, tapi aku merasa bahwa itu
sudah terbukti. Dalam beberapa momen ketika kami berada dalam kelompok yang
lebih kecil, aku tahu dia sudah berbohong dengan seseorang. Selain itu yang
selalu dia katakan memang benar adanya, itu juga menjadi alasan ku untuk
mempercayai apapun yangdia katakan. Mungkin bukan hanya aku, tapi dia selalu
jujur dengan orang-orang yang membuat dia nyaman (rekan baik).
Rasanya aku mulai melenceng dari
tema awal. Jujur, kata yang mudah, sering didengar, tapi belum tentu mudah
untuk dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari pastinya ada saat dimana jujur itu
bisa mendatangkan suatu hal yang buruk. Tapi selain dari alasan itu, sejatinya
jujur adalah hal mutlak yang harusnya sudah kita tanamkan dalam jiwa
masing-masing. Aku bukanlah lambang yang cocok untuk kejujuran itu, karena aku
sendiri pun selalu berbohong pada diri ku sendiri. Tapi percayalah, bahwa aku
jujur 90% dan jika aku tak ingin berbohong maka aku tidak akan mengatakan
apapun. Mungkin dan pastinya itu juga hal yang buruk, karena diam dan seolah
berpura-pura tidak mengetahui yang terjadi merupakan hal yang buruk.
Jujur, hal yang selalu ingin ku
katakan kepada orang banyak bahwa aku bahagia dan bangga bersama mereka yang
selalu menilai ku dengan cara yang berbeda atau dapat ku katakan mereka adalah
sosok-sosok yang selalu memberikan ku banyak pelajaran, kesadaran, dan nilai
hidup yang lebih berarti. Meski itu tidak terungkap langsung, tapi aku tahu
bahwa aku dapat itu dari mereka.
Jujur, jika aku bisa mengatakan
bahwa aku ingin meminta sesuatu dari mereka maka hanya aku ingin mengatakan
bahwa aku hanya ingin selalu bersama kalian.
Kebahagaiaan tecipta dari mulut,
perasaan, dan pikiran mu sendiri. Jika kesemuanya menolak untuk menyebut
kebahagiaan maka hal itu tidak akan terjadi.
>>Zee