Minggu, 03 Januari 2016

Hamparan Luas

Awal tahun ini sangat indah dengan kebersamaan kami yang tak terjelaskan serta impian kecil ku yang terkabul. Memandang gemerlap kecil nan jauh di hamparan luas bersama dengan seseorang yang tak pernah terduga. Bersama dengan sentuhan lembut angin dan sunyinya malam dalam keheningan. Luapan emosi yang tak terjelaskan tanpa tahu kata apa yang pantas untuknya. Bahagia. Lebih dari itu semua ini begitu berharga meski hanya hal kecil yang sebenarnya mudah, tapi ini sungguh lebih dari sekedar hal kecil. Harapan tinggi atas impian kecil yang terkabul, semoga kita akan selalu bersama dalam kebahagiaan yang sesederhana ini.
“Kenapa kamu di luar 96?”
Sejenak aku tersenyum mendapati kedua laki-laki yang sangat aku sayangi menatap ke arah ku, “Gak ada tempat lagi di dalam, penuh. Makanya saya disini”
“Kamu gak mau nemenin saya 27?”, goda ku dengan wajah manja.
9276 mendelik, “Males, saya mau tidur, disini dingin.”
“Dihh, cops mu 27! Kalah sama saya”
“Bodo amat 96, saya mau tidur. (9276 menoleh ke arah 9567) Temenin adek mu sana 56, kasian dia ntar di culik..”
“Stop 27!”, ketus ku.
“Jangan nakut-nakutin saya! Malem ni!”, sambung ku.
9276 sedikit terkekeh, “Hati-hati aja 96, ntar..”
“Pergi 27! Saya lemparin sendal ntar kamu!”, ancam ku sambil memegangi sebelah sandal yang siap ku lempar.
Aku baru tersadar 9567 yang disebelah 9276 hanya terdiam sambil sesekali melihat sekeliling ketika  aku mendapati matanya ke arah ku. Entah apa yang dia pikirkan, tapi rasanya dia ingin mengatakan sesuatu.
“Kenapa kamu diem 56?”, akhirnya aku memecah kesunyian dari 9567.
 “Gak kenapa-kenapa, kalian ribut malem-malem orang pada tidur”, jelas 9567 tenang.
“Tu denger 96, kamu ini ribut aja”, 9276 nyengir meledek ku.
Bukan terkadang, tapi terlalu sering aku jengkel jika terlibat dialog dengan 9276, “Kamu juga 27! Gak tau diri.”
9276 hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika dialog ini terjadi dalam medsos ekspresi 9276 itu tertulis dengan kata ckckckck.
“Kamu yang gak tau diri 96. Sudah gak punya tempat tidur, ribut malem-malem orang pada tidur, bilang orang gak tau diri lagi. Ckckckck”
“Terserah mu dah 27”, jawab ku kesal.
Aku memalingkan wajah dari mereka tanda kesal dan ngambek yang seperti biasa aku lakukan jika salah satu dari mereka membuat ku jengkel. Sebenarnya tidak ada hal yang benar-benar membuat ku jengkel jika dengan mereka, hanya saja aku tidak ingin terlibat terlalu dalam dengan dialog bersama mereka. Karena pada akhirnya aku sendiri yang terpojok dan jadi bahan ejekan mereka. Meski aku tidak terlalu masalah dengan itu, tapi mereka terlalu suka untuk menggoda dan mengejek ku.
“Saya mau tidur 96, kamu hati-hati dah..”
“Makasi 27!”, ketus ku mencegah kata-kata aneh keluar dari mulut 9276.
“Oke, sama-sama 96”, 9276 berbalik menuju ke tendanya tanpa 9567.
Aku melirik 9567 yang masih berdiri di dekat tendanya.
“Mau saya temenin?”, 9567 memandangi ku dengan tatapan kasihan.
Aku sedikit kaget mendengar pertanyaan 9567, “Terserah kalo mau”
9567 mulai berjalan mendakati ku dan aku pun bergeser untuk menyisakan tempat untuk nya duduk.
Sesaat kami terdiam dalam hening, tapi dikepala ku seperti ada angin ribut yang tak hentinya berputar. Tak ada kata yang bisa ku katakan ataupun hal menarik yang bisa ku ceritakan. Aku terjebak dalam pikiran ku sendiri karena mendapati diri ku berdua disana dengan 9567.
“Kamu suka bintang?”, tanya 9567 sambil memandang langit luas.
Aku menoleh ke arahnya dan menatap wajahnya dengan cepat, “Sangat”
9567 tersenyum melirik ku.
Kami kembali larut dalam hening. Dalam pikiran ku, aku terus bertanya apa yang dipikirkan 9567 dan rasanya aku begitu gugup. Ini bukan pertama kalinya aku hanya berduaan dengan 9567. Sebelumnya di kelas bahkan di luar kelas kami cukup sering duduk berdua. Di kelas kami sering berduaan untuk beberapa hal yang menjadi kesamaan kami. Mulai dari musik yang sama-sama kami minati, hingga ilmu yang sedang kami coba dalami. Begitu banyak kesamaan yang ada diantara kami hingga kami pun menjadi begitu dekat dan selalu bersama. Tidak jauh berbeda dengan kedekatan ku dengan 9276, hanya saja aku begitu tertarik dengan 9276 karena dia adalah sosok sahabat yang sangat baik dan tidak cukup dijelaskan dengan kata “terbaik”. 9276 bisa bergaul dengan siapapun dan diterima dimanapun. Dia sosok yang disegani meski bawaannya santai. Hampir semua yang ku tanyai pendapat tentang 9276 pasti berkata bahwa dia sosok sahabat yang baik, bahkan diantara mereka ada yang memuji ku karena aku begitu beruntung bisa selalu bersama dengan 9276. Meski selalu bersama dengan 9276, aku tidak merasa sedekat itu dengan 9276. Nyatanya aku merasa hubungan ku dengan 9276 bagai dua bintang yang ada di langit. Bagi yang melihat di Bumi dua bintang terlihat sangat dekat, tapi di jagat raya mereka tidak sedekat seperti yang terlihat dari Bumi.
Tanpa sadar aku merebahkan tubuhku dan terus menatap langit. 9567 melirik ku dan seakan ingin mengatakan sesuatu.
“Saya pengen banget tiduran natap bintang kayak gini”, seolah aku ingin meminta ijin kepada 9567.
Pandangan ku tak lepas dari bintang-bintang di langit. Membayangkan bagaimana tiga diantara bintang di atas sana adalah Aku, 9567, dan 9276. Kami terlihat begitu dekat di mata orang lain, tapi rasanya kami tidaklah sedekat itu. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang mereka tapi mereka seperti tahu banyak hal tentang diri ku. Entah itu aku yang mudah tertebak atau aku yang tanpa sadar telah menceritakan banyak hal kepada mereka. Aku tak akan menyesalinya, hanya saja aku berharap bahwa bagi mereka aku sama berharganya seperti mereka bagi ku.
Saat ini aku begitu kagum dan bahagia hingga perasaan itu tidak bisa di ekspresikan oleh apapun yang ada pada ku. Rasanya aku benar-benar menginginkan keadaan ini dan aku tak menyangka akhirnya aku mempunyai kesempatan untuk ini. Menatap bintang-bintang di langit malam sembari berbaring di atas rumput luas. Aku berbaring menatap langit dan 9567 masih terduduk merangkul kedua lututnya menatap langit yang sama.
“Bersyukur kepada Tuhan karena kita dikasi kesempatan untuk menikmati keindahan ini”
Aku mengiyakan kalimat 9567 dalam hati dan tanpa aba-aba 9567 langsung berbaring disampingku beralas tangan kiri untuk kepalanya. Sejenak aku menoleh ke arah 9567 yang tidak melepaskan pandangannya pada langit. Beberapa saat kemudian 9567 menatap ku dengan senyuman. Rasanya begitu damai ketika mata kami bertemu. Aku tidak tahu apa artinya ini, tapi aku tahu bahwa aku tidak menolaknya.
9567 sosok teman yang tidak buruk, seandainya aku tahu lebih banyak tentang 9567, aku yakin dia akan menjadi sosok panutan bagi ku. Hubungan kami hanya sebatas teman dan kami saling mempercayai satu sama lain. Dalam banyak hal kami memiliki minat yang sama dan kesukaan yang sama. Itu bukanlah hal yang disengaja, tapi begitu saja ada sebelum kami sedekat ini. Hanya dengan 9276 dan 9567 lah aku tidak punya alasan untuk menahan diri.
Banyak hal yang sebenarnya ingin aku katakan untuk 9567 tentang rasa syukur ku atas kebersamaan kami dan tentu saja dengan 9276 juga, tentang keberuntungan ku yang bisa berada diantara mereka, tentang harapan dan impian yang ingin ku wujudkan bersama mereka, dan tentang banyak hal yang mebuat ku tak ingin jauh dari mereka.
“Saya sayang kalian dan selamanya saya pengen bareng kalian” [Homofon]

~Tamat~




Tidak ada komentar :

Posting Komentar